APAKAH MEREKA PERCAYA MITOS PRAMBANAN? - Karya sastra
APAKAH MEREKA PERCAYA MITOS PRAMBANAN?
Karya : Callista Renee Darlinita
Siang hari saat sepulang sekolah, Maya sedang asik bermain handphone lalu mendapat telepon dari Arjuna.
“Siang May, mau ketemu gak nanti sore?” Maya pun mulai berpikir ada apa dengan Arjuna yang tiba-tiba mengajaknya bertemu namun Maya tidak mau menerima tawaran Arjuna secara cuma cuma, hingga akhirnya Maya membuat penawaran.
“Kalau aku kesana sama kamu, kamu mau ngabulin apa yang aku mau?” ucap Maya.
“Tentu saja, sebutkan” tegas Arjuna.
“Aku mau ke Bandung sembari berjalan jalan sama kamu, bagaimana?” pinta Maya
“Baiklah jika itu maumu, asal kamu menemani saya ke Prambanan sore ini.” dan Maya pun mengiyakan.
Saat sore hari tiba, Arjuna sudah berada di luar rumah Maya dengan mobilnya. Arjuna turun dan membukakan pintu mobil untuk Maya, Maya yang terkejut atas hal itu pun mulai berpikir lagi “ada apa dengan pria ini”. Di dalam mobil pun mereka berbincang tentang hal yang dilakukan di sekolah saat tadi siang.
Setelah sampai Maya pun terheran, “Ngapain kita ke Prambanan Jun?” Arjuna pun senyum tipis kepada Maya.
“Saya mau mengajak kamu nonton pertunjukkan Roro Jonggrang, kamu mau kan?” Maya yang sudah tidak terheran pun mengangguk senang dan mereka berdua sedari tadi di dalam mobil berbincang tentang Roro Jonggrang.
Setelah sampai di tempat, Arjuna pun turun dari mobil dan menggenggam tangan Maya, “sini May, ikut saya” Maya yang terkejut pun langsung berusaha mengikuti kemana arah Arjuna mengajaknya pergi.
Arjuna mengajaknya ke arah pertunjukkan Roro Jonggrang yang sudah dimulai sedari tadi, Arjuna dan Maya pun duduk di kursi bagian kanan paling bawah dan mulai menonton pertunjukkan tersebut.
Ditengah tengah pertunjukkan Maya melihat adegan Roro Jonggrang yang meminta 1000 candi kepada Bandung Bondowoso dan Bandung Bondowoso pun mengiyakan dengan senang hati.
Seketika itu pun Maya langsung terkejut karena tiba tiba ia mengingat hal yang belum pernah ia rasakan, setelah itu pun Maya bergegas ingin pergi ke kamar kecil namun lengannya di tahan oleh Arjuna.
“May mau kemana? Belum selesai pertunjukannya” Maya terkejut saat Arjuna memegang lengannya
“Lepasin aku Jun” Maya langsung berlari ke arah luar sembari merasa ada yang tidak beres dengan dirinya “Ada apa denganku, kenapa rasanya seperti aku pernah merasakan pernah ada di situasi yang belum pernah kualami seperti ini?.” Arjuna tidak mungkin diam saja saat Maya sedang seperti ini, ia berlari mengejar Maya.
Sesampainya di kamar kecil, Maya langsung mencuci mukanya dengan air di wastafel dan menenangkan diri. Arjuna yang menunggu Maya sedari tadi diluar kamar kecil pun ikut gelisah “Astaga lama sekali dia di dalam.” ucap Arjuna.
Setelah menunggu beberapa menit, Maya pun keluar dengan keadaan mata sembab dan lelah.
Arjuna menghampiri Maya dan langsung menanyakan, “Hey, ada apa May? kamu gapapa?”
Maya menatap mata Arjuna, “Aku gapapa Jun, ayo balik.”
Arjuna terheran-heran dengan kelakuan Maya barusan. Sesaatnya di mobil pun mereka tidak saling ngobrol.
Sesampainya dirumah, Maya sangat bingung dengan situasinya saat ini, ia tak pernah mengenal apa itu Roro Jonggrang dan Bondowoso tetapi mengapa saat diajak menonton drama kemarin terasa seperti ia pernah melewati kejadian tersebut.
Malam senin, Arjuna menelepon Maya “Halo Maya, saya boleh tanya soal kemarin kenapa kamu tiba-tiba terlihat gelisah?” pada akhirnya Maya pun menceritakan mengapa ia gelisah saat itu.
“Ohh seperti itu ya, yasudah kalau begitu besok kita ketemu ya di Malioboro.” dan diiyakan oleh Maya.
Esok hari tiba dan entah kenapa Maya merasa sangat bersemangat saat ingin bertemu dengan Arjuna sampai membuatkan bakpia.
“Hey Juna, apa sudah menunggu lama? Maaf ya tadi aku menunggu angkot lama sekali. Oh iya aku membawakan bakpia buatanku tadi pagi, cobain dong.” Arjuna tersenyum dan mempersilahkan Maya duduk dibangku sebelahnya yang kosong”
“Tidak apa apa Maya, saya belum menunggu lama. Lain kali kalau tidak ada yang mengantar langsung telepon saya saja, agar tidak capek menunggu angkot. Hahaha saya merepotkan kamu sekali ya sampai harus membawakan bakpia buatanmu, baiklah sini saya coba.” Ujar Arjuna dengan senang sembari mengelus rambut halus Maya.
“Enak sekali Maya, terima kasih ya cantik sudah membuatkan saya bakpia.” Mendengar pujian dari Arjuna pun membuat Maya tersipu malu.
Mereka berdua duduk di bangku Malioboro sambil berbagi cerita dan membahas yang dialami Maya kemarin malam.
“Seumur hidup aku, aku tidak pernah mendengar Roro Jonggrang tau Jun, aku baru tau sekarang dari kamu. Terima kasih ya Junaa.” Arjuna tersenyum kecil mendengar perkataan Maya langsung mengelus rambut halusnya.
“Sama-sama cantikku, kedepannya saya akan sering mengajak kamu ke sini ya agar kita bisa berbagi cerita lagi satu sama lain.” Entah mengapa saat Maya mendengar perkataan lembut Arjuna membuatnya merasakan perutnya yang mulai berkupu-kupu
“Apa aku nyaman dengan Arjuna?” hingga akhirnya Maya pun membubarkan perasaan dengan menyeletuk “Apasih Junaa, bisa aja deh haha.”
Saat sudah dirumah, Maya memikirkan kata kata Arjuna tadi “Ampun kenapa aku kepikiran Juna mulu ya?”
Begitupun dengan Juna yang selalu memikirkan Maya saat sampai dirumah.
Arjuna selalu mengajak Maya bertemu, mereka berdua memikirkan hal yang sama yaitu sama sama nyaman, hingga suatu hari Arjuna ingin mengungkapkan rasa kepada Maya.
“May, besok saya ingin ngomongin sesuatu ke kamu, kita ketemu di Malioboro lagi ya? Tempat duduk biasa.” Maya terkejut saat melihat pesan dari Arjuna, entah apa yang ingin diomongkan oleh Arjuna tetapi Maya benar benar ingin tampil lebih indah besok.
Arjuna membawa 1 tangkai bunga mawar di tangannya dan sudah menunggu Maya di bangku Malioboro. Maya pun datang dengan hati gembira menyapa Arjuna.
“Hey Junaa, ada apa kamu nyuruh aku kesini? Mau ngobrol lagi? Tinggal ngomong aja pake mau ngomongin sesuatu segala hahaha.” ujar Maya.
“Bukan begitu Maya, sini duduk dulu. Saya mau ngomong sebenarnya saya nyaman sama kamu May, saya mau tanya juga apakah kamu nyaman dengan saya?” Maya terkejut atas pengakuan Arjuna, ia tidak menyangka bahwa Arjuna juga mempunyai perasaan yang sama sepertinya.
“Juna, kamu serius nyaman sama aku? Sejujurnya aku juga nyaman sama kamu semenjak kita saling berbagi cerita” ujar Maya.
Arjuna pun terkejut bukan main, ia juga tidak menyangka wanita yang ia puja selama ini juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
“Jadi apakah kamu mau mencoba untuk menjalin hubungan dengan saya, Maya? Saya tidak memaksa kamu untuk menjawab sekarang, saya akan selalu tunggu kamu sampai siap.” ucap Arjuna menawarkan kepada Maya.
“Saya akan selalu siap untuk kakanda, hahaha. Aku mau menjalin hubungan dengan kamu Juna, aku selalu menunggu waktu ini.” dengan senang hati Maya menerima tawaran Arjuna.
Mereka pun mulai menjalani hubungan hingga saat ini mereka sudah jalan 1 tahun, banyak rintangan yang sudah mereka lewati tetapi mereka tetap bertahan layaknya dinding yang tidak akan roboh. Hingga suatu hari Arjuna mengajak Maya ke Prambanan lagi.
Nada dering ponsel berbunyi, Maya yang sedang memasak untuk makan siang pun harus terpaksa mengangkat telepon dari sang kekasih.
“Halo sayang, ada apa? Kenapa tiba tiba telepon di siang hari gini?” ucap Maya kepada Arjuna.
“Sayang, saya mau mengajak kamu ke Prambanan sore ini. Kamu mau?” ajak Arjuna.
Maya bingung, kenapa kekasihnya ingin mengajaknya ke Prambanan lagi “Ada apa Juna? Kenapa tiba-tiba ngajak kesana?”
“Hanya ingin berjalan jalan sore saja, nanti saya jemput jam 4 ya. Berhiaslah yang cantik, wanitaku.” Goda Arjuna, memang Arjuna paling tahu bahwa Maya itu tidak bisa digoda, sekalinya digoda wajahnya akan memerah dan selalu salah tingkah.
“Haha, baiklah ganteng. Saya akan berhias secantik mungkin.” balas Maya.
Setelah menutup teleponnya Maya pun salah tingkah karena habis digoda oleh kekasihnya tadi.
Pada jam 15.00 suara mobil Arjuna sudah berada di depan rumah Maya, Maya yang menyadari itu pun langsung bergegas keluar untuk menghampiri mobil kekasihnya.
“Hey, cantik sekali wanitaku hari ini. Apakah adinda sudah siap pergi dengan kakanda manis?” gurau Arjuna sembari mengelus pelan pipi Maya.
“Hahaha terima kasih kakanda, tentu saja adinda sudah siap pergi bersama kakanda.” gurau balik Maya kepada Arjuna sembari memegang tangan Arjuna yang sedang mengelus pipinya.
Saat sampai di Prambanan, mereka jalan berdua sembari bergandengan tangan, sampai akhirnya mereka melewati tempat pertunjukkan Roro Jonggrang yang mereka tonton pada malam itu.
“Juna, aku bingung kenapa ya saat itu aku bisa berpikir bahwa aku pernah merasakan hal yang sama dengan Roro Jonggrang” ucap Maya.
“Mungkin kamu hanya kebanyakan pikiran saat itu sayang, sudah jangan diingat ingat lagi ya.” Arjuna langsung memeluk dan menenangkan Maya.
Aneh rasanya, mengapa Maya merasa seperti pernah melakukannya lagi dan merasa takut.
Maya langsung mendorong Juna “Juna, jangan peluk aku disini, aku takut.” Arjuna pun terheran, memangnya kenapa?
Akhirnya mereka berdua duduk di tangga Prambanan, Maya masih tidak mau mengobrol dengan Arjuna.
“Maya, kamu kenapa? Dari saya peluk sampai sekarang, kenapa kamu seperti terlihat gelisah dan takut?” ucap Arjuna meminta penjelasan kepada Maya.
“Tidak ada, Jun.” Maya tidak ingin berbicara banyak.
Arjuna merasa aneh dan kesal “Sudahlah kalau kamu memang tidak mau berbicara kepada saya, saya pergi dulu.”
Maya hanya diam, sudah 1 jam berlalu namun Arjuna masih belum kembali ke tangga Prambanan. Maya yang bingung kemana perginya Juna pun akhirnya terpaksa mencari.
Kemana perginya Arjuna, Maya tak tahu dan waktu sudah menunjukkan pukul 18.45 dan ia masih tidak menemukan Arjuna.
Sampai akhirnya ia kembali ke tangga Prambanan melihat Arjuna yang dipeluk oleh Ella, sepupunya sendiri.
Maya tak sanggup menahan isak tangisnya, ia mengingat cerita bagaimana Bandung Bondowoso menyelingkuhi Roro Jonggrang dengan adiknya sendiri Rara Jonggrang.
Maya menghampiri Arjuna “Kamu ngajak aku ke Prambanan cuma buat ngeliat kamu berduaan sama Ella, ya?” ucap Maya dengan kecewa.
“Maya, kamu dengerin dulu penjelasan saya-” selak Arjuna yang sudah tertangkap basah selingkuh dengan adik sepupu pacarnya sendiri.
Maya terlalu kecewa dengan Arjuna, ia pergi meninggalkan kekasihnya tersebut dan hanya meninggalkan dua kata saja, “kita putus.”
2 tahun berlalu, mereka berdua tidak pernah berkabar satu sama lain lagi setelah kejadian di Prambanan. Hingga suatu hari ada kurir yang mengantar surat di rumah Maya.
“Surat apa ini?” Maya menghampiri kotak surat tersebut dan mengambil surat yang baru saja diantar oleh kurir.
Maya terkejut saat membacanya, ia tidak menyangka bahwa ia mendapat undangan pernikahan dari Arjuna dan sepupunya sendiri, Ella. Ia masuk kembali ke dalam rumah sembari menahan tangisnya.
Maya bergegas membuka handphonenya dan mengecek nomor Arjuna masih aktif atau tidak, setelah ia cek saat itu juga Maya langsung menelepon Arjuna.
Maya memegang handphonenya dengan gemetar dan berusaha untuk berbicara “Aku tidak menyangka kejadian yang menimpaku sama seperti cerita yang kamu ceritakan kepadaku, kita memang tidak seharusnya bersama. Seharusnya kita tidak kenal lebih dekat karena Prambanan. Kamu pernah menjadi yang terbaik dihidupku namun kamu juga menjadi yang terburuk dalam hidup aku. Terima kasih pernah hadir di hidup aku, Juna. Bagaimanapun kita nanti, aku harap kita menjadi layaknya bagaimana orang bersaudara. Hal tersulit yang pernah aku lakukan adalah pergi dengan tetap mencintaimu, Arjuna Praswara.”
“Maaf Maya, saya mengira kita adalah jodoh namun mitos Prambanan memang benar. kita yang salah, May. Kita kembali lagi ke Prambanan disaat kita saling mencintai. Saya tahu bahwa saya memang tidak selalu menjadi yang terbaik untuk kamu namun kamu selalu menjadi yang terbaik untuk saya. Terima kasih kembali pernah hadir di hidup saya, Maya. sampai kapan pun nama kamu akan terus tercatat di hati saya. Ayo kita selesaikan kisah kita, tolong lupakan saya, Maya Ayu Wistira.” Ucap Arjuna.
Pada akhirnya pun mereka tidak akan pernah bersatu lagi, yang terjadi dengan mereka di masa kini adalah kesalahan yang pernah dibuat juga oleh Bandung Bondowoso di masa lalu.

Komentar
Posting Komentar